Photo of West Papua
Situation (image of Preeport Gold Mine employees Protested on August 2017)
|
ENGLISH
Land of Papua is Military
Emergency After the UN General Assembly Debated 2017
By Uman Yogoby, West Papua Independence Activist
Usman Yogoby a Papuan Human Rights Defender Activist from
Port Numbay, West Papua reported that the situation in West Papua is very
urgent, following the support by Leaders of States joining the ACP at the
United Nations General Assembly Debated in New York, USA started on September 19th 2017.
The support of the more specific ACP States by the
Pacific Coalition For West Papua and the Caribbean in the UN General Assembly Debated
Session was started on September 19th to 25th 2017, then
the impact is great and there will be martial law by the Indonesian Security Forcees.
According to Usman Yogoby that this martial law operation
will happen anytime, anywhere at any second or an every time its 15 minutes, 30
minutes, 1 hour, 2 hours in each day.
According to him, the operation of the Indonesian
Security Forces against the Papuans directly and indirectly will happen,
therefore the international intervention can be done immediately.
This is reported, because of concerns about what Indigenous
Papuans will face in the entire territory of West Papua Lands.
Seeing this condition, Papuan human rights activists from
Port Numbay, West Papua, ask to West
Papua diplomats around the world to put the agenda of humanitarian intervention
first, because if we do not put forward international intervention on humanity
then the people of Papua will be massacred by the Indonesian Security Forces.
The intervention of humanity by the international
community is very important and must be done immediately to save the
Melanesians people of West Papua, because Indonesian military equipment is
ready to commit against Terror, Intimidation & kill the people of Papua and
need to know that non-Papuans in the archipelago will be facilitated weapons by
the Indonesian intelegen to take
brutal actions against Indigenous people
of West Papua.
We report and urge to international community to call for
humanitarian intervention in West Papua, because Indonesian has succeeded in
establishing a Red and white militias that is pro-unitary of the Unitary State
of the Republic of Indonesia (NKRI).
And activist plight is also because the situation of
Papua will happen like East Timor in 1998 & 1999, where Indonesian will do
brutal actions against Melanesian people of West Papua.
In view of this situation, we Papuan human rights
activists appealed to the International Community to urge the United Nations to
take immediate intervention to save the Melanesian people of West Papua.
Usman Yogoby also reported that all Organizational
Leaders as well as all activists of Papua Independence are not secure, where
the steps of all activists can be monitored by the Indonesian intelligence
faithfully moment.
This report has been sent to Mr. Sebby Sambom a (West Papuans Human Rights Defender) by Mr.
Usman Yogoby via imbox from his FB Account on Friday September 29th 2017
at 22:52 pm.
The situation and plight report by West Papua
Independence Activist is very important to be noticed by all parties, who care
about humanity to save the Melanesians people of West Papua.
Translated, Edited & Published by,
Sebby Sambom
West Papuans Human Rights Defender
(Former West Papuan Political Prisoner)
Sebby Sambom
West Papuans Human Rights Defender
(Former West Papuan Political Prisoner)
-------------------------------------------------
Indonesian Malay
Tanah Papua
Darurat Militer Setelah Sidang Umum PBB 2017
Oleh Uman Yogoby, Aktivis Independence Papua Barat
Usman Yogoby Aktivis Pembelah Hak
Asasi Manusia Papua dari Port Numbay, West Papua melaporkan bahwa situasi di tanah
Papua Barat sangat darurat, setelah dukungan Pemimpin Negara-Negara yang
bergabung dalan ACP di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York
Amerika Serikat dari sejak 19 september 2017.
Dukungan dari Negara–Negara ACP yang
lebih khusus oleh Koalisi Pasifik Untuk Papua Barat dan Karibia dalam siding Majelis
Umum PBB dari tanggal 19-25 September 2017 yang lalu, maka dampaknya besar dan
akan terjadi darurat militer oleh Aparat Keamanan Indonesia.
Menurut Usman Yogoby bahwa operat
darurat militer ini akan terjadi kapan saja, dimana saja pada setiap detik atau
setiap waktu yaitu 15 menit, 30 menit , 1 jam, 2 jam dalam setiap hari.
Menurutnya, Operasi Aparat Keamanan
Indonesia terhadap orang Asli Papua secara langsung dan tidak langsung akan
terjadi, oleh karena itu mohon intervensi Internasional dapat segera dilakukan.
Hal ini dilaporkan, karena kekwatiran
atas apa yang akan dihadapi oleh Orang Asli Papua di seluruh wilayah Tanah
Papua Barat.
Melihat kondisi ini, para aktivis HAM
Papua dari Port Numbay, West Papua mohon kepada Diplomat-Diplomat West Papua di
seluruh dunia agar dahulukan agenda intervensi kemanusiaan terlebih dahulu, sebab
jika kita tidak dahulukan intervensi internasional atas kemanusiaan maka rakyat
Papua akan dibantai oleh Aparat Keamanan Indonesia.
Hal intervensi Kemanusiaan oleh Masyarakat
Internasional sangat penting dan segera harus dilakukan demi selamatkan Orang Melanesia
di West Papua, karena peralatan militer indonesia sangat siap untuk melakukan Teror,
Intimidasi & membunuh rakyat Papua
dan perlu ketahui bahwa masyarakat non Papua dalam wadah Nusantara akan di
fasilitasi persenjataan untuk lakukan
tindakan brutal terhadap orang Asli Papua.
Kami laporkan dan mendesak masyarakat
Internasional untuk menyerukan Intervensi kemanusiaan di Papua Barat, karena
Indonesia telah berhasil mendirikan Milisi Barisan Merah Putih yang pro Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dan kekwatiran aktivis juga karena
situasi Papua akan terjadi seperti Timor-Timor tahun 1998 & 1999, dimana
Indonesia akan lakukan tindakan brutal terhadap orang Melanesia di Papua Barat.
Dengan melihat situasi ini, maka kami
aktivis HAM Papua memohon kepada Masyarakat Internasional agar mendesak
Perserikatan Bangsa-Bangsa segera lakukan tindakan intervensi yang sangat mendesak
untuk selamatkan rakyat Melanesia di Papua Barat.
Usman Yogoby juga melaporkan bahwa
semua Pemimpin Organisasi dan juga semua ackivis Independence Papua tidak aman,
dimana langkah-langkah semua aktivis dapat dipantau oleh Intelejen Indonesia
setia saat.
Laporan ini telah dikirim kepada Tuan
Sebby Sambom (West Papuans Human Rights Defender), oleh Tuan Usman Yogoby melalui
imbox dari Akun FB nya pada hari Jumat tanggal 29 September 2017 pukul 22:52 malam.
Laporan situasi dan kekwatiran oleh
Aktivis Independence Papua Barat ini sangat penting untuk dapat diperhatikan
oleh semua pihak, yang peduli akan kemanusiaan demi selamatkan rakyat Melanesia
di Papua Barat.
Translated, Edited & Published by,
Sebby Sambom
West Papuans Human Rights Defender
(Former West Papuan Political Prisoner)
-------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment