Reported by Papua Human Rights Acivists
in Yalimo on February 24th, 2020
The leaders of
the Abenaho and Apahabsili Districts along with the Red and White militias Group
and the Nusantara Militia Group want to create bloodshed in the Abenaho and
Apahabsili District areas later.
Why do you want to create conflict? Because the military presence in an area is intended to protect its people from various threats, the facts have proven that in general in all areas of Papua and in particular in the Central Highlands of Papua that the presence of the Indonesian military and police always creates conflict.
The facts prove that the presence of the Indonesian Military in various regions of the Central Highlands of Papua is a Threat in the lives of the Indigenous People of Papua in the Central Mountains of Papua, because where there is a military there is conflict always.
And this is what we indigenous Papuans have experienced so far, so the military presence in remote areas we refuses.
The main reason for the refusal is that the presence of the Indonesian Military and Police has always been disastrous for the Papuans, and this is very basic as is the reality of the life of the Papuans as long as Indonesia is in control of Papua lands.
Other facts prove that the presence of the Indonesian Military and Police always creates conflicts which include, unlawful killings, rape of girls, arbitrary arrest, inhumane torture and detention.
As such, we Papuans from the Yali tribe in Yalimo Regency issue stern warnings to those who are traitors to their own regions and are immediately responsible for what you do.
In this case if there is a humanitarian crisis in the Abenaho and Apahabsili Districts, then the party responsible will be those who are involved with the Indonesian Military (TNI).
Because it is honest that the presence of the Indonesian Military, especially
the Indonesian National Armed Forces (BABINSA), which was present in the
Abenaho district was at the request of individuals or groups who were members
of the Red and White Militias (BMP) and the Indonesian Archipelago Militas
Group.
Papuans in Yalimo Districts have data on the actions of the Red and White Militias Group, therefore we expressly warn that you all must be responsible.
Responsible in the sense that immediately return them (TNI) to their territory, do not stay in the Lands of We Indigenous Papuans from the Yali Tribe.
We Papuans from the Yali tribe in Yalimo Regency reject the Military Presence in Our Customary Land, therefore the Indonesian Military immediately leaves Abenaho District and Apahabsili District.
Note:
In this case the Head of the District has issued an invitation to take joint decisions, but most people and Intellectual Leaders are absent, so postpone on Monday next week.
And who
attended this meeting were:
1. District Chief Selodi Newek;
2. Indonesian Military Comander in Chief of Wamena;
3. And only Indonesian Troops were present.
1. District Chief Selodi Newek;
2. Indonesian Military Comander in Chief of Wamena;
3. And only Indonesian Troops were present.
Seeing this fact, Papuans from the Yali tribe in Yalimo Regency in general and more specifically in Abenaho and Apahabsili Districts firmly refused and were not allowed to build Military posts in our customary lands.
In Malay Indonesians as follow....!!!
Dilaporkan lansung Oleh Acivist HAM Papua di Yalimo
pada Tanggal 24 Februari 2020
Pemimpin wilayah Distrik
Abenaho dan Apahabsili beserta milisi Kelompok Barisan Merah Putih dan Milisi Kelompok
Nusantara hendak menciptakan pertumpahan darah di wilayah Distrik Abenaho dan Apahabsili
nantinya.
Mengapa hendak
menciptakan konflik? Karena kehadiran Militer di suatu wilayah merupakan guna
untuk mengamankan Rakyatnya dari berbagai ancaman, namun Fakta telah
membuktikan bahwa pada Umumnya di seluruh territory Papua dan pada khususnya di
Wilayah Pegunungan Tengah Papua bahwa kehadiran Militer dan Polisi Indonesia
selalu menciptakan konflik.
Fakta membuktikan
bahwa kehadiran Militer Indonesia di berbagai wilayah Pegunungan Tengah Papua
merupakan Suatu Ancaman dalam kehidupan Orang Asli Papua di Wilayah Pegunungan Tengah
Papua, sebab dimana ada militer di situ ada konflik.
Dan ini yang kami
orang Asli Papua alami selama ini, sehingga kehadiran Militer di daerah-daerah
terpencil kami menolak.
Alasan Penolakan Utama
adalah Kehadiran Militer dan Polisi Indonesia selalu mebawa malapetaka bagi
Orang Asli Papua, dan hal ini sangat mendasar sebagaimana sesuai kenyataan hidup
Orang Asli Papua selama Indonesia berkuasa di atas tanah Milik bangsa Papua.
Fakta lain
membuktikan bahwa Kehadiran Militer dan Polisi Indonesia selalu menciptakan
konflik yang Antara lain, Pembunuhan diluar prosedur hukum, Pemerkosaan
terhadap gadis-gadis, Penagkapan sewenang-wenang, penjiksaan dan penahan yang
tidak manusiawi dan tidak adil.
Berdasarkan fakta
ini, maka masyarakat Adat Orang Asli Papua dari Suku Yali di Distri Abenaho dan
Apahabsili yang punya hak ulayat atas Tanah Adat Menolak tegas kehadiran Post
Militer di kedua Distrik.
Dengan demikian, maka
Kami Orang Asli Papua dari Suku Yali di Kabupaten Yalimo mengeluarkan
peringatan keras kepada yang menjadi penghianat atas Daerahnya sendiri segera
bertanggungjawab atas apa yang anda lakukan.
Dalam hal ini apabila
terjadi krisis kemanusiaan di wilayah Distrik Abenaho dan Apahabsili, maka
nantinya yang akan bertanggungjawab adalah pihak yang ada keterlibatan dengan
pihak TNI tersebut.
Karena sejujurnya bahwa
kehadiran Militer Indonesia terutama TNI (BABINSA) yang hadir di Wilayah
distrik Abenaho ini Merupakan atas permintaan Individu atau kelompok yang
tergabung dalam Milisi Barisan Merah Putih (BMP) dan Kelompok MIlisi NUSANTARA.
Orang Asli Papua
di Kabupaten Yalimo punya data tentang sepak-terjang Kelomok Milisi Barisan
Merah Putih ini, oleh karena itu Kami dengan tegas memberikan peringatan bahwa anda
sekalian harus bertanggungjawab.
Bertanggungjawab dalam
arti bahwa segera pulangkan mereka (TNI) ke wilayah kekuasan mereka, jangan
tinggal di tanah Adat Kami Orang Asli Papua dari Suku Yali.
Kami Orang Asli Papua
dari Suku Yali di Kabupaten Yalimo menolak Kehadiran Militer di Tanah Adat
Kami, oleh karena itu Militer Indonesia segera tinggalkan Distrik Abenaho dan
Distrik Apahabsili.
Catatan:
Dalam hal ini Kepala
Distri suda keluarkan undangan untuk ambil keputsan Bersama, namun sebagian
besar masyarakat dan Tokoh Intelektual tidak hadir maka tunda Hari senin miggu
depan.
Dan yang hadir
dalam pertemuan ini adalah:
1.
Kepala Distrik
Selodi Newek;
2.
DANDIM Wamena;
3.
Dan Anggota TNI saja
yang hadir.
Melihat kenyataan
ini, maka Orang Asli Papua dari Suku Yali di Kabupaten Yalimo pada umumnya dan lebih
khususnya di Distrik Abenaho dan Apahabsili menolak dengan tegas dan tidak boleh bangun pos Militer di wilayah
tanah adat kami.
Lampiran satu photo,
Publish by Admin
No comments:
Post a Comment