The Soldiers of West Papua National Liberation Army are Fight for the right of self deteremination for the indigenous people of West Papua since 1965 until now (pic doc KOMNAS TPNPB) 2016 |
ENGLISH
Wraiten by
Yason Ngelia, Cenderawasih University Student Activist of West Papua
It seems that
the Indonesians Military and the Polices is not only against the West Papuan National
Liberation Army (TPNPB-OPM) personnel, but also the Papuan nature in the Nemangkawi
region.
Military
science, superior weaponry, does not just make the Indonesian Military and the
Polices fight the battle.
The strategy of siege of separatist and terrorist territories was also carried out in Aceh against GAM in 2000, and in Poso against the Santoso group in 2016. But in the region of nemangkawi did not seem to work well.
So it is
natural if there is effort directed public opinion to area controlled of West
Papua National Liberation Army (TPNPB-OPM). National medias in Jakarta and local
medias in West Papua tried to convince the public that, West Papua National Liberation
Army (TPNPB-OPM) was an immoral group by raped a woman.
The expected outcome is a decrease in public support for West Papuan National Liberation Army (TPN-PB), so as to legitimize sporadic ambush actions.
This means that
any civilian who is around the area that controlled by the TPNPB-OPM
military will be arrest targeted and killing. This is important for the big name of
TNI / POLRI at this time, because since the various incidents of TPNPB-OPM
attack there has not been one perpetrator successfully arrested or killed. Indonesian
Military and the Polices stake the big name of military in front of the people
of ndonesia and the world today.
Furthermore, there is also the opinion of the medias, that there has been a brokering by TPNPB-OPM against 1300 civilians, 300 non-Papuans and 1000 Papuans.
This, or
something that will continue to be built by the medias, only aims to attract
the sympathy of Indonesian citizens, that this is an outside crime can and
needs to be mass-produced by TNI / POLRI without human rights considerations.
Moreover, today's human rights become its own problems for Indonesian Miltary & the Police, the current military leaders do not want to repeat the dark story of their predecessors. Like, for example, Wiranto and Prabowo who proved as human rights violators, to get a ban on entry into some countries.
Attempts to build an opinion to make one quick and big offensive seem to make a bit of a strange story, because we know together that the number of Wst Papua National Liberation Army (TPNPB) is about 20 pwersonnel, with how many guns and arrows. Fight almost 5000 Indonesian Miltary and the Policein the area of Tembagapura, West Papua.
In the press statement of POLRI and TNI are preparing the best strategy to snatch off the perpetrators, although the other side they acknowledge the TPNPB advantage is mastering the field because the mountain forest is theirs, while the TNI and POLRI are members who are equipped with theory but the lack of knowledge about Papua and its nature .
So that 5000 personnel from various unions were depressed with the circumstances they had to accept in the field, that it would not be easy to be TNI/POLRI. With only a uniformed dashing, armed, walking in the city, or just simply guarding and dispersing the demonstration, but fighting with the real meaning it hurts. Be sorry for you the Indonesian Military and the Polices personnel, we hope that you are do not lost in the junggle of Nemangkawi, West Papua.
Numbay, 11 Nov
2017
Copy@right Yason Ngelia FB-ACC
Translated, edited & Republished by,Copy@right Yason Ngelia FB-ACC
Sebby Sambom/ssambom/admin
-----------------------------------------------------
INDONESIAN
INDONESIAN
Satu Pucuk Senjata TPNPB Melawan Seribu Pucuk Senjata Pasukan Indonesia
Oleh Yason Ngelia,
Activis Mahasiswa UNCEN West Papua
Sepertinya
TNI/POLRI bukan hanya melawan TPNPB, tetapi juga alam Papua di wilayah Nemangkawi.
Ilmu militer, persenjataan yang lebih unggul, tidak
begitu saja membuat TNI/POLRI menguasai pertempuran.
Strategi
pengepungan wilayah separatis dan terorisme pernah dilakukan juga di Aceh
melawan GAM di tahun 2000, dan di Poso melawan kelompok Santoso pada tahun
2016. Tetapi di kawasan Nemangkawi, Tembagapura
sepertinya tidak berjaan dengan baik.
Sehingga wajar
jika adanya upaya pengarahan opini publik terhadap daerah yang dikuasai TPNPB.
Media-media nasionalis di Jakarta dan media-media local di Papua berusaha meyakinkan
masyarakat bahwa, TPNPB adalah kelompok tidak bermoral dengan melakukan
pemerkosaan kepada seorang wanita.
Hasil yang
diharapkan adalah mengurangnya dukungan publik terhadap Pasukan TPNPB, sehingga
dapat melegitimasi tindakan penyergapan yang sporadis. Artinya siapapun warga
sipil yang ada di sekitar daerah yang dikuasai TPNPB akan dijadikan sasaran
penagkapan, penyiksaan dan pembunuhan.
Ini penting bagi
nama besar TNI/POLRI saat ini, sebab sejak berbagai inseden penyerangan TPNPB
belum ada satu pelaku yang berhasil di tangkap atau dibunuh oleh TNI/POLRI.
TNI/POLRI mempertaruhkan nama besar militer dihadapan rakyat Indonesia dan
dunia saat ini.
Selanjutnya,
adanya opini yang dibangun media, bahwa telah terjadi penyaderaan oleh TPNPB
terhadap 1300 masyarakat sipil, 300 warga non Papua dan 1000 orang warga asli
Papua.
Hal ini, atau hal
yang akan terus dibangun media, hanya bertujuan untuk menarik simpati warga
Indonesia, bahwa ini adaah kejahatan luar bisa dan perlu direpon secara
besar-besaran juga oleh TNI/POLRI tanpa pertimbangan HAM.
Terlebih HAM hari
ini menjadi persoalan sendiri bagi TNI/POLRI, para pentinggi militer saat ini
tidak mau mengulang kisah kelam pendahulu mereka. Seperti misalnya, Wiranto dan
prabowo yang tebukti sebagai pelanggar HAM, hingga mendapatkan larangan masuk
ke beberapa negara.
Upaya membangun
opini untuk melakukan sekali penyerangan cepat dan besar sepertinya membuat
sedikit cerita aneh, sebab kita diketahui bersama bahwa ternyata jumlah anggota
TPNPB sekitar 20 an orang saja, dengan berapa pucuk senjata dan panah. Melawan
hampir 5000 Pasukan TNI/PORI di areal Tembagapura, West Papua.
Dalam pernyataan
perss POLRI maupun TNI sedang menyiapkan setrategi terbaik untuk merengkus para
pelaku, walaupun sisi lain mereka mengakui keunggulan TPNPB adalah menguasai
medan sebab hutan gunung adalah milik mereka, sedangkan TNI dan POLRI adalah
anggota yang dibekali teori namun minimnya pengetahuan tentang Papua dan
alamnya.
Sehingga 5000 personil dari berbagai kesatuan itu tertekan
dengan keadaan yang harus mereka terima dilapangan, bahwa tidak selamnya
menjadi TNI/POLRI itu mudah.
Dengan hanya
berseragam gagah, bersenjata, berjalan di kota, atau hanya sekedar mengawal dan
membubarkan demontrasi, tetapi berperang dengan artinya yang sebenarnya itu
sakit dan sulit.
Copy@right Yason Ngelia FB-ACC
Copy@right Yason Ngelia FB-ACC
Numbay, 11 Nov
2017
Translated, edited & Republished by,Sebby Sambom/ssambom/admin
No comments:
Post a Comment